Beberapa waktu lalu tim oase club melakukan
penjelajahan ke sebuah tempat. Berbeda dengan sebelumnya penjelajahan kami kali
ini ke tempat yang sedikit mistis. Hehehe….
Rencana ini bermula karena cerita yang berasal dari
anak-anak kelas 5 dan kelas 6 SDN Kaligoro yang saat pramuka diajak oleh kakak Pembina
Pramuka penjelajahan ke tempat tersebut. Karena rengekan anak-anak yang belum
pernah kesana, akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi tempat itu saat hari
libur sekolah, hari minggu tepatnya.
Minggu pagi tim penjelajah oase club berkumpul. Karena
jarak yang ditempuh cukup jauh sekitar 10 km dari desa kami maka kami
menghimbau agar yang tidak kuat mengayuh sepeda tidak usah ikut. Nanti sepulang
dari sana kami akan menceritakan detailnya.
Dengan membawa berbagai macam perbekalan seperti
minuman, makanan ringan dan tak lupa buah-buahan dan bumbu rujak yang tak boleh
ketinggalan, kami menuju desa Losari. Pernah mendengar nama itu sahabat?
Desa itu terletak di sebelah timur beberapa desa
dari desa kami. Sebenarnya cukup dekat jika kami melewati sungai tapi cukup
bahaya. Jadi, kami harus bersepeda memutar desa-desa lainnya. Saat sahabat
hendak menuju Mojokerto melewati jalur Mojosari sahabat akan bertemu perempatan
Pekukuhan dan sahabat harus belok kiri untuk sampai ke desa tersebut. Atau kita
juga bisa menaiki bus Mojokerto Pasuruan dan berhenti tepat di gapura desa
Losari. Tapi, kita harus berjalan menuju tempat yang kita tuju.
Setelah memasuki gapura losari kita harus mengayuh
sepeda sampai di pojok desa. Di sana ada sebuah masjid di bawah tanah, yang
katanya pada tahun 90an sangat fenomenal, banyak peziarah dari berbagai macam
daerah datang melihat.
Awal kami melihat bangunan itu, kami disembut dengan
berbagi macam patung hewan dan tokoh-tokoh pewayangan. Suasana mistis mulai
terasa. Kamipun sedikit bergetar dan ragu apa kami yakin untuk memasukinya. Setelah
melepas lelah, saya dan kawan saya bertamu kerumah pemilik masjid untuk meminta
izin memasukinya.
Setelah menunggu cukup lama di ruang tamu yang
suasana tidak jauh berbeda dengan hal-hal yang tampak diluarnya. Kami diajak
memasuki area masjid yang diharuskan berwudhu dan melepaskan alas kaki walaupun
dinding dan lantainya adalah tanah basah.
Beberapa anak-anak oase club tidak mau masuk karena
gelap begitu juga teman saya yang beralasan akan pingsan di tengah jalan karena
takut gelap. Akhirnya saya dengan berat masuk bersama anak-anak oase club dan
sangat takut karena saya ditempatkan di paling belakang. Karena sejujurnya saya
termasuk penakut di tempat yang gelap.
Kami berjalan dilorong-lorong gelap ditemani sebuah
lilin dan tak ada kata terucap kecuali sebuah do’a. keringat dingin keluar. Semakin
lama rasanya semakin lembab dan panas. Karena kami berada di dalam tanah. Setelah
lama berjalan kami di minta duduk di ruangan yang cukup luas. Lilin dimatikan,
suasana benar-benar mencekam. Jemari-jemari saya dicengkram kuat beberapa anak
yang saya tidak tahu pasti mereka siapa. Sakit dan takut yang sangat dalam. Di dalam
tanah yang terbayang bagi kami hanya sebuah kematian. Berdesakan, sempit, gelap
dan panas. Mencoba merakan bagaimana rasanya terhimpit tanah. Kami harus banyak
beristighfar.
Tak berapa lama pemilik masjid yang sekaligus
pemandu kami mengajak kami kembali keluar, melewati lorong-lorong semula. Kami tidak
begitu yakin seolah ada beberapa orang selain kami didalam lorong-lorong
tersebut. Tapi kami tidak mencari tahu lebih lanjut. Sudah terasa sesak dan
ingin segera keluar.
Saat kemabali merakan segarnya udara kami begitu
bersyukur. Kami kembali sadar nikmatnya udara segar.
Setelah melepas ketegangan kami menikmati rujak kami
dan bersenang-senang dihalam kemudian kembali pulang. Anak-anak oase club yang
belum berkesempatan mengunjungi masjid bawah tanah memaksa minta diantar namun
sayapun memaksa untuk tidak mengantar. Sudah menjadi pengalaman sekali yang
cukup menegangkan.
Sampai jumpa di penjelajahan kita berikutnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar