Sudah hampir seminggu pompa sumur di sekolah saya macet. Keadaan kamar mandi cukup dramatis. Kotor dan berbau kurang sedap. Hari ini saya datang ke sekolah terlalu awal, karena sekolah saya masuk siang maka saya berniat menunggu waktu dengan duduk-duduk di dalam masjid.
Hal pertama yang saya cek adalah air, dan ternyata air telah mengalir dan saya dapat bernafas dengan lega. Di tengah istirahan saya, sayup-sayup saya mendengar dua orang anak-anak bercakap-cakap. Dan dengan sedikit curiga saya mendatangi asal suara tersebut. Saya mendapati dua orang siswi dengan salah satunya berseragam batik SD Muhammadiyah sedang membersihkan kamar mandi.
"Lagi ngapain?" Tanya saya pada mereka disambut dengan senyum malu-malu mereka. "Lagi di hukum ya...?" lanjut saya karena sedikit tidak percaya dengan mereka yang rela hati membersihkan kamar mandi yang sudah cukup lama tidak terguyur air. Kotor dan lengkap dengan baunya.
"Tidak......" Mereka serentak protes dengan tuduhan saya.
"Lalu....." Saya tidak mau menyerah bertanya pada mereka
"Katanya kalau kita bersih-bersih masjid dosa kita di hapus ya bu guru?"
Teng.... akhirnya saya tersenyum senang dengan pertanyaan mereka. Rupaya prasangka buruk saya salah besar dan keberadaan mereka adalah demi menghapus dosa. "Oke ibu guru bantu." Kata saya tidak mau kalah dengan usaha mereka menghapus dosa.
Setelah kami selesai bersih-bersih saya mengajak mereka mengobrol dan berkenalan.
"Apakah dengan bersih-bersih masjid dosa kami benar-benar akan terhapus bu?"
"Saya tidak tahu pasti. Tapi yang pasti kita telah berusaha menghapus dosa kita tersebut. Dan berusaha untuk meninggalkan apa yang telah kita sesali." Jawab saya. "Kanapa tidak ngajak teman-teman yang lain untuk bersih-bersih? kalau banyak orang kan jauh lebih bagus?" Tanya saya lebih lanjut
"Katanya kalau kita beramal tanpa diketahui orang lain itu yang lebih bagus bu..." Jawab salah satu dari mereka dengan membetulkan tatanan jilbabnya.
"Ikhlas. Itu memang yang terpenting."
Sering kali kita lupa untuk ikhlas tanpa pamrih. Kata ikhlas terlalu sering muncul di lisan kita namun terlalu sulit keluar dalam tingkah laku kita. Gadis-gadis kecil itu siang ini telah menjadi guru saya dalam keikhlasan. Apakah benar bahwa apa yang telah kita lakukan semata-mata hanya kita tujuakan pada Allah? ataukah hanya demi dilihat oleh orang lain?.
Saya sengaja tidak menyebut nama kedua siswi tersebut. Dengan tujuan tidak mengurangi nilai keikhlasan yang sengaja mereka tanamkan pada diri mereka. Dan Mari Belajar Ikhlas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar