Sering kali saya merasa iri melihat
berbagai macam hal yang saya anggap indah disekitar saya. Pada teman-teman yang
bergaji lebih besar, pada teman-teman yang telah memiliki keluarga, pada
tetangga yang saya anggap lebih beruntung dari saya. Walaupun saya sering
mengingatkan diri sendiri bahwa iri dan dengki itu sifat syetan dan saya harus
menghindarinya, namun tidak jarang rasa itu masih kerap kali menghampiri hati
saya. Sekilas saya melihat orang lain memiliki yang saya tidak miliki maka rasa
itu dengan sekilas akan lewat di hati saya.
Biasanya yang saya lakukan untuk
menghindari rasa iri tersebut saya harus melihat orang yang saya anggap “kurang
beruntung” dari pada saya. Disini yang saya maksud kurang beruntung adalah
masalah materi, kesehatan atau takdir. Karena jelas orang-orang yang tidak
beruntung dalam hal sehat, materi dan lainnya asalkan mereka beriman maka
mereka dalah orang yang beruntung. Karena beruntung adalah saat Allah SWT
melimpahinya dengan Maha RahimNya.
Ternyata metode ini cukup berhasil bagi
saya dan adik-adik oase club, dengan menyaksikan kisah hidup mereka kami merasa
kami lebih beruntung. Dan membuat kami lebih banyak bersyukur pada Allah SWT
atas anugerah yang telah dikirimnya untuk kami.
Seperti pagi ini, Selepas shubuh kami
berencana berjalan-jalan pagi bersama
mengelilingi desa kami. Selain mencari kesegaran alam dan merenganggkan
otot-otot kami juga berencana mencari inspirasi.
Hal pertama yang kami temui adalah ibu-ibu
yang bergerombol disudut dusun. Sejenak kami menyempatkan diri bercakap-cakap
dengan mereka. Dan dari situ kami tahu mereka dari daerah yang cukup jauh dari
dusun kami, dengan tujuan bekerja sebagai buruh tani karena tidak ada pekerjaan
di daerah mereka dan di dusun kami sedang musim tanam, untuk datang kemari mereka di antar sebuah pick-up yang akan menjemput
mereka saat matahari tergelincir di barat. Sekali itu kami bersyukur karena
kami tidak perlu mengejar pekerjaaan dengan begitu beratnya untuk mencari rejeki. Terima kasih ya Rabb
Saat kami melewati pematang sawah kami
melihat seorang anak yang terlihat kotor bermain kecipak air didekat ibunya
yang sedang mencetak batu merah. Saya taksir anak tersebut belum genap 3 tahun
dan ibunya adalah kakak kelas saya di sekolah dasar. Ibu dan anak tersebut
harus kehilangan sosok suami dan ayah karena lelaki itu telah berpulang ke
rahmatullah kurang lebih dua tahun lalu. Sejenak kami bermain-main dengan si
kecil Anis dan kami bersyukur bahwa kami masih mengenal sosok bapak kami. Dan
masa kecil kami penuh kebahagiaan dengan orang tua yang lengkap. Dan sekali
lagi sya dan team oase club merasa begitu bersyukur.
Setelah kami mengelilingi desa Kaligoro
akhirnya kami kembali tiba di dusun Randegan.
Jarum jam tangan menunjukkan pukul 06.27 WIB. Perut kami sedikit
keroncongan akhirnya kami memutuskan
berhenti disebuah warung untuk membeli kue. Disana kami berpapasan dengan mbah
Iman yang juga berniat membeli kue. Rumah mbah Iman hampir berhadapan dengan
toko kue sehingga kami dapat menyaksikan keluarga mbah Iman yang sedang duduk
di teras rumah mereka. Ada cak Badi, cucu mbah Iman yangmenderita gangguan Jiwa
sejak 10 tahun lalu dan ada istri mbah Iman yang buta. Kami melihat mbah Iman
membeli 4 potong kue dan memberika sepotong untuk cucunya dan sepotong untuk
istrinya dan sepotong lagi untuk dirinya sendiri dan membagi yang sepotong utuk
dirinya dan istrinya. Saya melihat
sebagian dari adik-adik oase club meneteskan air mata menahan haru. Dan kami
berniat untuk mengunjungi mbah Iman disuatu pagi.
Perjalanan kami pagi ini
mempunyai banyak makna dan saya harap dapat membekas dan menjadi pelajaran bagi
kami semuanya. Kami menyadari satu hal lagi bahwa takdir yang kami jalani
adalah yang terbaik dan kami harus melakukan segala yang terbaik untuk diri
kami sendiri dan orang-orang disekitar kami. Semoga kamitermasuk orang-orang
yang beruntung. Ini mungkin dapat menjadi obat bagi rasa iri yang menggerogoti
hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar