Cari Blog Ini

Blog ini di dedikasikan kepada tim pewaris negeri "OASE club" untuk mengasah bakat dan kreatifitas mereka.

Sabtu, 18 Januari 2014

Cerita Kecil : RSUD Soetomo Part 1

             Kulirik sekilas arlogi yang melingkar di tangan kananku. Jarum menunjukkan pukul 06.43. Aku bernafas lega diikuti oleh sepupu dan tanteku. Setelah berkutat di tengah kota Surabaya mengandalkan pengalaman dan GPRS akhirnya kami berhasil memasuki halaman RSU Dr. Soetomo tepat 12 menit sebelum loket di buka. 
            Ketegangan di wajah tanteku memudar digantikan kelegaan. Jika kami benar-benar tersesat di tengah kota maka kami akan menjadi Tarzan kota.
“Mbak. Aku cari kamar mandi dulu.” Kata tante memberikan tangan sepupuku padaku. Meminta aku menjaganya saat dia mencari kamar mandi.
                Suasana lobi rumah sakit begitu penuh sesak. Antrian pasien yang menggunkan Jamkesmas sangat panjang mencapai luar gedung. Menandakan seberapa parah ekonomi sebagian besar penduduk Indonesia.
             Karena ini adalah kunjungan kami yang kedua ke RSU Dr Soetomo yang dikenal juga dengan nama rumah sakit Karang Menjangan, maka aku sudah memahami prosedurnya. Aku mengajak Hania berdiri di depan loket yang sesuai. Menyaksikan berbagai macam pasien dan keluarganya. Belum Nampak petugas di dalam loket. Kulirik sekilas arlogiku, Beberapa menit lagi. Batinku
“Jam berapa mbak bukanya?” sapa seorang ibu yang antri di sampingku.
“Jadwalnya jam 7 bu? Ibu pasien baru?” jawabku
“Iya mbak. Dari Gresik. Mbaknya dari mana?” Tanya beliau lagi
          Dan dalam hitungan detik kami menjadi akrab. Mungkin karena kami merasa senasib. Benar kata guruku dulu, orang-orang yang merasa senasib  akan berubah menjadi saudara. Tampak sekali si ibu merasa begitu sedih. Beberapa kali beliau mengusapkan sapu tangan ke matanya yang berair. Suami beliau yang berdiri disampingnya tampak mencoba menenangkannya. Tanpa diminta si ibu menceritakan pada kami bahwa beliau di diagnose kanker rahim oleh rumah sakit di kota beliau dan di rujuk kemari.
“Mbaknya sakit apa?” Tanya beliau lagi
“Bukan saya bu. Adik saya yang periksa.” Kataku mengenalkan Hania
           Mata si ibu semakin berkaca-kaca berbagai komentar keluar darinya. Meminta kami bersabar dengan ujian ini. Mencoba menyakinkan kami dengan kondisi yang kami alami dan terdengar mencoba menyakinkan dirinya sendiri. Tanteku yang telah kembali dari kamar mandi mengenggam tanganku erat mendengarkan perkataan teman baru kami tersebut.
            Aku membalas remasan tangannya. Mencoba mengingatkannya tentang janji yang di buat sebelum kami berangkat untuk periksaan kedua ini bahwa, dia akan sesalu tegar saat melakukan berbagai macam pemeriksaan yang akan di hadapi anaknya.
             Kami melakukan berbagai macam pemeriksaan, berpindah dari satu ruangan ke ruangan yang lain dan bertemu berbagai macam pasien. Di setiap antrian kami bertemu teman baru dan cerita-cerita baru. Penyakit yang kami alami mungkin tidak separah dengan yang dialami seorang gadis kecil berusia 4 tahun asal Jember yang harus datang ke Surabaya setiap 2 minggun sekali untuk pengobatan. Kesedihan kami mungkin tidak setara dengan kesedihan seorang ibu yang harus menjaga dua anaknya yang sedang meregang nyawa di ICU karena kecelakaan. Beban hidup yang kami rasakan tidak akan sebanding dengan seorang kakek yang harus mengantar istrinya yang sama-sama telah lanjut usia.
        Berbagai macam penyakit kami dengar mulai dari jari kaki yang tidak sengaja terpatuk burung peliharaan dan berujung pada amputasi. Sampai segala macam jenis kanker yang diderita pasien. Datang ke rumah sakit secara otomatis membuat kami lebih bersyukur.
            Saat seseorang  didiagnosa menderita sebuah penyakit mematikan maka dia merasa dunia runtuh.  Seolah dia adalah makhluk yang paling menyedihkan. Dan yang paling bahaya protes pada Allah apa salahnya kenapa dia diberi penyakit yang mematikan.
            Namun, saat datang ke sebuah rumah sakit, menyaksikan dan mendengar berbagai macam cerita, maka  kita akan tahu betapa kita beruntung. Betapa beruntungnya kami karena nikmat sehat ini ya Rabb…


NB: Sudahkan kau bersyukur atas nikmat sehat yang kamu dapatkan hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar