Cari Blog Ini

Blog ini di dedikasikan kepada tim pewaris negeri "OASE club" untuk mengasah bakat dan kreatifitas mereka.

Minggu, 23 Juni 2013

Puisi: Cinta Sederhana

AKU INGIN

Karya: Supardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat disampaikan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Sederhana, indah dan romantis
Saya pertama kali membaca puisi ini di perpustakaan MAN Mojosari,. Sekali baca saya langsung ingat bunyi bait-baitnya, selain puisinya sangat singkat tapi mudah merasuk disanubari, tidak berlebih jika saya katakan saya jatuh cinta pada puisi ini. Setelah membacanya saya semakin menyukai membaca puisi. Kalau membuat, tunggu dulu. Saya bukanlah seorang pujangga yang dapat membuat puisi indah walaupun dipaksakan karena memang belum menemukan bakat dalam membuatnya. :)

Saya juga menyempatkan membaca puisi-puisi bapak Supardi Djoko Damono seperti; Hatiku Selembar Daun, Hujan Bulan Juni, Sajak Kecil Tentang Cinta, Ketika Kau Tiada dll. Namun, menurut saya Aku Ingin-lah yangpaling indah.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Sangat jarang orang yang dapat melakukannya. Cinta sering kali terasa rumit. Disatu sudut ada kebahagiaan dan tawa yang disebabkan cinta dan disudut yang lain ada tragedi yang juga dikarenakan cinta. Tapi, sejatinya cinta itu amat sederhana.
Cinta sederhana didalamnya ada ketulusan dan kesempurnaan, menjadi idaman setiap orang.

 
Dengan kata yang tak sempat disampaikan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Kayu sejatinya mencintai api maka dia membiarkan dirinya terbakar habis tanpa berkata-kata. Ada juga ungkapan lilin yang rela membakar dirinya. Tapi, menurut saya lebih dalam makna kayu menjadi abu. Karena jika lilin maka dia akan mempunyai kesempatan untuk membeku kembali. Namun, tidak halnya dengan kayu saat dia telah menjadi abu maka akan hilang tanpa meninggalkan bekas saat angin tertiup.

Sederhana, indah, romantis dan ambigu itulah yang dapat saya tangkap saat saya membaca lebih dalam.
Puisi itu dapat diartikan sebagai puisi yang romantis dan indah, sebuah cinta yang tulus tanpa pamrih. Rela memberikan apapun untuk orang yang dicitainya. Kayu tetap mencintai api walaupun api membakar kayu sampai habis menjadi abu. Kayu tetap dapat memaafkan api dan mencintainya walaupun merasakan rasa sakit. Cinta sederhana yang dimiliki kayu pada api. Tak perlu banyak  kata hanya perlu dibuktikan.
Namun, Puisi inipun dapat diartikan sebagai ungkapan cinta sederhana yang hanya ada dalam hati yang teramat dalam. Kayu menjadi abu tak sempat berkata-kata, sama seperti nasi telah menjadi bubur maka semuanya telah terlambat. Namun, itu semua dilakukan karena kayu mencintai api. Walaupun kayu tidak sempat mengatakan apa-apa saat api membakarnya.

Sama seperti bait terakhir
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Saat hujan datang maka awanpun menghilang tanpa isyarat apapun

Mungkin dapat diartikan kayu dan awan rela terlupakan demi kebahagiaan api dan hujan yang dicintainya.

Dan saya lebih setuju mengartikannya demikian
Cinta yang dirasakan kayu dan awan sederhana namun penuh makna. Sebuah kesempurnaan dalam kesederhanaan. Semakin lama semakin indah bukan kepedihan walaupun belum sempat mengatakannya dan belum sempat memberikan isyarat apapun. Cinta itu datang secara sederhana maka tidak perlu menggebu untuk mengatakan dan mengisyaratkannya. Cinta yang menggebu dan menderu seperti ombak dilaut akan menghempaskan apaun diatasnya. Sejatinya cinta itu sangat sederhana bersumber dari yang maha memiliki cinta. DIA.

Maka akupun ingin berbagi sebuah cinta yang sederhana. ^_^

semilir bambu, 23 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar