Sudut pandang : Rizal Zakariyah (SDN Kaligoro kelas III)
Siang ini saat istirahat sekolah, aku dan teman-teman bermian sepak bola di halaman sekolah. Rendi tidak mau kami ajak bermain sepak bola. Dia lebih suka bermain sepeda dengan atraksi-atraksi. Seandainya ada guru yang tahu perbuatan Rendi dan teman-teman yang bermain-main dengan sepeda pasti mereka sudah dimarahi. Namun, bapak dan ibu guru sedang rapat jadi tidak tahu jika ada anak yang bermain-main sepeda.
Mas Nova sudah mengingatkan Rendi untuk berhenti takut nanti akan jatuh. Tapi, Rendi sama sekali tidak perduli. Maka kami membiarkannya. Saat kami sedang bermain bola tiba-tiba terdengar ribut-ribut di tempat teman-teman bermain atrasi sepeda. Dan semua teman berlari melihatnya.
Kami begitu takut saat melihat kaki Rendi berdarah. Berdarah sangat banyak. Kakinya terjepit jeruji sepeda. Mas Nova lari memanggil guru dikantor. Kami sangat takut mau mebersihkan darah di kaki Rendi. Kami sangat kasihan melihatnya menangis penuh darah. Tidak berapa lama bapak kepala sekolah dan guru-guru yang lain datang.
Kaki Rendi yang mengeluarkan banyak darah segera di ikat. Dia digendong dan di bawa guru ke Puskesmas. Setelah itu kami semua dikumpulkan di beri nasehat oleh bapak Kepala Sekolah untuk tidak bermain hal-hal yang bahaya seperti itu lagi. Jika kami tidak menurut maka orang tua kami akan di panggil ke sekolah. Setelah itu kami masuk kelas. Sementara murid yang tadi main-main sepeda tetap berada di kantor.
Saat di kelas, aku dan Rozak benar-benar khawatir dengan keadaan Rendi dan kami berjanji akan mampir ke rumahnya setelah kami pulang sekolah. Bu guru mengajak kami mendo'akan semoga teman kita Rendi baik-baik saja. Sekali lagi bu guru mengingatkan kami untuk tidak bermain hal-hal yang membahayakan.
Sepulang sekolah aku, Rozak, Rendi B, khoirul, Yoga, dan Mas Nova datang ke rumah Rendi. Dia masih sedikit ketakuta. Kakinya diperban dan katanya tadi dipuskesmas di jahit. Dia tidak boleh banyak berjalan dulu sampai jahitannya kering. Dan dia juga harus minum obat yang sangat banyak.
Sungguh kasihan dia. Ibunya tampak benar-benar sedih. Tapi, kini dia sudah berjanji tidak akan nakal lagi. Tidak akan bermain yang berbahaya lagi di sekolah atau dimanapun. Melihat keadaan Rendi kami semua juga jadi takut. Kami semua berjanji tak akan nakal lagi sehingga tidak sakit seperti Rendi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar