Tanggal 27 Mei 2014, dua puluh enam menit menjelang Rabu dini hari. Saya begitu bersyukur karena saya kembali menapakkan kaki di pertigaan Ngranggon. Beribu syukur saya ucapkan karena saya masih diberi kesempatan oleh Allah untuk kembali bertemu keluarga saya tercinta,
Segala kericuhan yang terjadi seharian ini hilang saat saya melihat ayah tercita duduk diatas motornya dilengkapi dengan jas hujan untuk melindungi diri dari rintik hujan. Setelah berpamitan dengan teman-teman saya, saya segera menghambur kepada beliau yang masih tampak asyik menerangkan sesuatu pada dua orang pemuda.
"Sinten yah? Tanya saya saat dua orang pemuda tersebut berlalu.
"Wong kate nang Dawar. tak kongkon balik moleh ae." Jawab ayah.. "Wong Dawar iku adoh. alas pisan. Nek ilang tambah yok opo?" Lanjut beliau. "Sampean maeng yok opo?"
"Mangke mawon kulo ceritani." Kata saya semakin mengeratkan pegangan saya pada ayah karena kami akan melewati sebuah jalur yang menurut cerita yang berkembang sering terlihat kuntilanak saat dini hari. "Ayah. Kulo seng bonceng ae. Kulo wedhi ambek kuntilanak."
"Hus. Orang yang yakin sama Allah gak perlu takut hal-hal seperti itu. Wong sampean isok moco Bismillah ae loh." Jawab beliau mementahkan saya dan saya semakin merapat di dalam jas hujan beliau yang lebar sambil menyembunyikan wajah saya dipunggung beliau yang hangat."Sampean harus jadi orang yang berani, hebat, dan jujur."
Nasehat beliau membuat saya ingat segala macam kebohongan yang saya lakukan hari ini
Ayah. Kulo sampun sampai di Prigen. Tapi, mboten saget tumbas ikan pesanan ayah. mboten enten seng sadean.
Ayah. Bis kulo mogok dados e telat nyampek rumah
Ayah. Kulo tasek teng Tulung Agung dereng angsal angkutan umum.
Ayah. Kulo ketemu mbak Didi Malang. Sakniki kulo teng griyane mbak Didi.
Ayah. Kulo masih lama. Bis umumnya lambat. Sampean sare mawon.
Saya terdiam memikirkan segala macam kebohongan yang saya lakukan pada orang tua saya. Saya hanya butuh beberapa waktu untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya dan meminta maaf.
"Dos pundi tamu dugi Arab wau yah?" Tanya saya memecah kesunyian malam. Saya ingat sore ini ayah harus bertemu tamu dari Arab Saudi yang memberi bantuan untuk masjid Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kutorejo.
"Aku gak ngerti omongane. Gawe bahasa arab tok. Paling pean tok seng mboten ngerti"
"Yo kabeh podo gak ngertine. Wong-wong PCM yo gak ono seng ngerti."
Saya tersenyum. Ini sifat khas beliau yang kata sebagian keluarga besar menurun pada saya. Sifat tidak mau mengalah atau mungkin lebih tepatnya sifat tidak mau terlihat kalah dari yang lain.
Saya terdiam memikirkan segala macam kebohongan yang saya lakukan pada orang tua saya. Saya hanya butuh beberapa waktu untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya dan meminta maaf.
"Dos pundi tamu dugi Arab wau yah?" Tanya saya memecah kesunyian malam. Saya ingat sore ini ayah harus bertemu tamu dari Arab Saudi yang memberi bantuan untuk masjid Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kutorejo.
"Aku gak ngerti omongane. Gawe bahasa arab tok. Paling pean tok seng mboten ngerti"
"Yo kabeh podo gak ngertine. Wong-wong PCM yo gak ono seng ngerti."
Saya tersenyum. Ini sifat khas beliau yang kata sebagian keluarga besar menurun pada saya. Sifat tidak mau mengalah atau mungkin lebih tepatnya sifat tidak mau terlihat kalah dari yang lain.
Dan segala macam pesan singkat yang mengandung kebohongan yang saya kirim sepanjang hari ini.
Sampai di rumah saat ayah mengunci gerbang. Saya segera memeluknya dan mengungkapkan kebahagian saya karena saya dapat kembali bertemu ayah dan ibu, saya dapat kembali pulang ke rumah. Ibu saya yang mendengar perkataan saya segera menghambur ke teras. Dan bertanya-tanya.
Sisa hari itu saya gunakan untuk bercerita sedetail-detailnya pada ayah dan ibu saya tentang kecelakaan yang saya dan rombongan SMP Muhammadiyah alami tadi siang. Tentang bagaimana perasaan saya merasakan detik-detik tergelincirnya bus yang saya tumpangi. Jeritan penumpang bus dan teriakannya. Air mata kami saat melihat gadis kecil yang meninggal dalam kerumunan kami. Rumah duka si gadis kecil dan teriakan si nenek saat menyambut kami di rumah duka.
Dan segala kebohongan yang saya ucapkan pada mereka dimaafkan karena kebohongan itu bertujuan membuat ayah dan ibu tenang di rumah. Saya yakin jika mereka tahu saya mengalami kecelakaan di sebuah tempat yang jauh dan tidak tergores seincipun mereka akan segera datang ketempat tersebut. Apapun cara akan mereka tempuh untuk berjumpa dengan saya segera.
"Makane nek golek bis itu seng mesisan apik." Komentar ayah saya
"Kok isok gak gawe bis pariwisata itu lo." Tambah ibu saya
Ibu memeluk saya dalam dekapannya dan mengucapkan beribu syukur. Ayah segera menyuruh saya sholat dan melakukan syujud atas segala anugerah yang saya terima hari ini.
Dan tanggal 27 Mei 2014 saya menutup hari itu dengan kegembiraan dan kesyukuran. Karena Allah masih mengizinkan saya bersua dengan ayah dan ibu saya kembali. Karena Allah menyelamatkan saya dan rombongan dari kecelakaan tersebut. Dan berdo'a semoga gadis kecil itu diberi tempat yang indah di syurga Nya. Amin
Sisa hari itu saya gunakan untuk bercerita sedetail-detailnya pada ayah dan ibu saya tentang kecelakaan yang saya dan rombongan SMP Muhammadiyah alami tadi siang. Tentang bagaimana perasaan saya merasakan detik-detik tergelincirnya bus yang saya tumpangi. Jeritan penumpang bus dan teriakannya. Air mata kami saat melihat gadis kecil yang meninggal dalam kerumunan kami. Rumah duka si gadis kecil dan teriakan si nenek saat menyambut kami di rumah duka.
Dan segala kebohongan yang saya ucapkan pada mereka dimaafkan karena kebohongan itu bertujuan membuat ayah dan ibu tenang di rumah. Saya yakin jika mereka tahu saya mengalami kecelakaan di sebuah tempat yang jauh dan tidak tergores seincipun mereka akan segera datang ketempat tersebut. Apapun cara akan mereka tempuh untuk berjumpa dengan saya segera.
"Makane nek golek bis itu seng mesisan apik." Komentar ayah saya
"Kok isok gak gawe bis pariwisata itu lo." Tambah ibu saya
Ibu memeluk saya dalam dekapannya dan mengucapkan beribu syukur. Ayah segera menyuruh saya sholat dan melakukan syujud atas segala anugerah yang saya terima hari ini.
Dan tanggal 27 Mei 2014 saya menutup hari itu dengan kegembiraan dan kesyukuran. Karena Allah masih mengizinkan saya bersua dengan ayah dan ibu saya kembali. Karena Allah menyelamatkan saya dan rombongan dari kecelakaan tersebut. Dan berdo'a semoga gadis kecil itu diberi tempat yang indah di syurga Nya. Amin
Terima kasih Allah karena menyelamatkan aku dari kecelakaan itu dan membawaku kembali bertemu ayah dan ibu tercinta.