Sore itu saat saya sedang berdiskusi tentang acara Milad ke-3 Oase Club dengan panitia Milad. Adik saya Rudin yang baru pulang dari Surabaya menyempatkan mampir kerumah. Awalnya dia begitu antusias saat saya bercerita tentang rencana saya dan kelompok kecil saya. Namun, semangatnya tiba-tiba sirna saat mengetahui lokasi yang akan kami gunakan. Sumber Arum, orang-orang lebih mengenalnya dengan nama Blarum. Sebuah dusun yang masuk desa Dateng. Dusun dengan wilayah daratan yang cukup luas itu hanya ditempati oleh sebuah keluarga.
Rudin menolak dengan keras ajakanku untuk ikut andil dalam acara renungan malam yang akan kami adakan untuk anak-anak Oase Club. Dan membuatku curiga, jelas dia menolak bukan karena letaknya yang cukup terpencil dan menakutkan karena saya yang terkenal paling penakut di keluarga saja berani untuk menginap di Pondok Blarum.
Setelah aku coba bertanya padanya, akhirnya dia mengaku bahwa dia trauma dengan tempat itu.
Kontan saja ingatanku berlabuh pada kejadian yang mungkin hampir 17 tahun yang lalu
Saat itu Rudin kecil yang belum genap 5 tahun saya ajak pergi mengaji ke Blarum. Dia yang tergolong anak kota begitu senang melihat empang dan bermain-main di tepinya. Saya sebagai kakak tidak benar-benar menjaganya. Hanya dari jauh memperingatkannya. Namun, tiba - tiba................
Sore itu begitu kacau dan ribut, Rudin kecil masuk empang padahal dia tidak bisa berenang dan saya berlari dengan tersedu-sedu untuk menolongnya. Akhirnya Mas Kabir sampai duluan di empang dan menolong adik kecilku itu.
Dengan berlinang air mata saya mengeringkan tubuhnya dan cukup egois karena melarang Rudin bercerita pada keluarga di rumah. Seharian itu saya benar-benar memanjakannya dengan imbalan, dia tidak akan bercerita pada siapapun.
Dan sore ini saya tahu semuanya keegoisan saya 17 tahun lalu telah membekaskan luka yang amat dalam pada adik kecilku ini. Pantas saja Rudin tidak pernah suka bermain di kolah saat kita berekreasi. Sekarang saya baru tahu ketakutannya begitu besar. Saya benar-benar merasa bersalah padanya.
Ini adalh pelajaran berharga bagi saya dan mungkin kita semua. Untuk tidak memaksakan sesuatu yang menyusahakan orang lain hanya agar kita aman. Sering kali keegoisan yang kita lakukan berakibat buruk pada orang lain. Keegoisan saya membuat adikm saya tidak bisa berenang dan takut pada kolam. Mungkin jika dari awal saya menceritakan hal ini pada keluarga, orang-orang dewasa tersebut akan mempunyai cara untuk membantu Rudin mengatasi ketakutannya. Dan kali ini saya tahu satu hal adikku Rudin ternyata sangat setia pada kakaknya yang egois ini. Jazakumullah akhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar